K24-11 TKI Asal Kabupaten Pinrang, Sulsel, yang tewas di Kairo, Mesir. Hingga kini upahnya belum di bayarkan
Pihak keluarga mengatakan, saat akan bekerja di Kairo, almarhumah sempat mengatakan menerima upah sebesar Rp 2 juta per bulan. "Tapi, sampai anak kami tewas, kami belum tahu ke mana upahnya selama tujuh bulan bekerja di Mesir," kata Zaenab, salah seorang tante korban yang ditemui Kompas.com, Jumat (24/6/2011) di kediaman korban di Dusun Kapa, Desa Siwolongpolong, Kecamatan Matirosompe, Kabupaten Pinrang, Sulawesi Selatan.
Zaenab mengaku telah mengadukan kasus ini kepada pihak Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Pinrang. Pasalnya, saat ini pihak keluarga masih harus menanggung utang sebesar Rp 10 juta yang dibebankan pihak PJTKI untuk biaya pemulangan jenazah Erni, Sabtu (18/6/2011) pekan lalu.
Secara terpisah, Kepala Bidang Pengawasan Disnaker Kabupaten Pinrang Sitti Fatima membenarkan hal tersebut. Dua oknum bersaudara, masing-masing Wahida dan Murniati, yang terakhir diketahui sebagai calo yang mengirim Erni sebagai TKI ke Mesir.
Dari pengakuan keduanya, terungkap kalau keberangkatan Erni dari Kabupaten Pinrang menuju ke Kairo berkat permintaan salah seorang mahasiswa Indonesia yang sedang menjalani studi di sana.
"Menurut kedua oknum yang memberangkatkan korban, atas permintaan mahasiswa Indonesia yang identitasnya belum kami di ketahui. Erni kemudian dikirim ke Kairo dengan menggunakan paspor khusus untuk pelancong, bukan untuk bekerja," jelasnya siang tadi.
Keduanya saat ini berada dalam pengawasan pihak Polres Kabupaten Pinrang, dan mengaku siap memberikan santunan kematian kepada keluarga korban dan membayarkan upah yang belum pernah diterimanya selama tujuh bulan bekerja.
Keduanya siap memberikan uang santunan sebesar 40 juta, biaya penguburan Rp 5 juta, dan gaji korban sebesar Rp 12.040.000. "Mereka berjanji akan menyelesaikan seluruh sangkutan tersebut dalam minggu ini juga," jelasnya.
Sementara Murniati membantah jika dirinya disebut calo. Murniati mengaku hanya membantu Erni yang ngebet ingin kerja ke luar negeri, selepas menyelesaikan sekolahnya dua tahun lalu.
"Kebetulan saat itu kami dapat kabar dari mahasiswa yang belajar di Kairo, kalau dosennya butuh pembantu. Kami tawarkanlah pekerjaan itu kepada Erni, dan diterima oleh korban. Selepas itu, kami memang tidak tahu lagi kabarnya, hingga terakhir informasi kematian korban yang kami terima," katanya.-----PINRANG, KOMPAS.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar